
AJN - TAPAKTUAN, (10 April 2025) Pasangan yang pernah dielu-elukan sebagai “Pasangan Manis” saat pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Aceh Selatan, H. Mirwan MS, SE., M.Sos, dan H. Baital Mukadis, kini memberikan hadiah manis bagi masyarakat, khususnya para pegawai kontrak Non-ASN. Hadiah tersebut datang dalam bentuk kebijakan pemotongan gaji hingga 70 persen, sebuah langkah yang disebut-sebut sebagai terobosan dalam efisiensi anggaran daerah.
Surat dengan nomor 900/291 yang telah resmi ditandatangani Bupati H. Mirwan menjadi penanda bahwa “Pasangan Manis” tak hanya jago meraih simpati rakyat dengan slogan, tetapi juga mampu memberikan “permen pahit” yang sulit ditelan. Kebijakan ini, menurut pemerintah, adalah bentuk kepedulian pada kondisi keuangan daerah yang tengah menjerit.
“Pengorbanan Beraroma Gotong Royong”
Juru bicara pemerintah daerah menyampaikan bahwa langkah ini merupakan wujud modernisasi semangat gotong royong. “Ini bukan sekadar kebijakan efisiensi, ini adalah dedikasi dari pegawai kontrak yang rela menjadi bagian dari solusi. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa dalam arti sebenarnya,” ungkapnya.
Namun, bagi para pegawai kontrak, kebijakan ini terasa seperti hadiah ulang tahun yang mengejutkan—bukan dalam arti yang menyenangkan.
“Saya merasa sangat terhormat bisa berkontribusi dalam penghematan anggaran. Hanya saja, saya bingung, apakah honor saya yang tinggal 30 persen ini cukup untuk makan seminggu?” ungkap seorang pegawai kontrak dengan nada sarkastis, sambil mengelap keringat di dahi.
Rakyat dan Romansa Pasangan Manis
Slogan “Manis” yang dulunya melambangkan harapan, kini terasa ironis. Beberapa warga berspekulasi, apakah pasangan ini sengaja memberikan kebijakan “manis-manis pahit” untuk mengenang masa kampanye?
“Kami dulu memilih mereka karena yakin akan perubahan. Tapi, ternyata yang berubah adalah saldo rekening kami. Ini benar-benar kejutan yang tidak kami duga,” ujar seorang ibu rumah tangga yang suaminya bekerja sebagai pegawai kontrak.
Masa Depan dan Sertifikat Patriotisme
Sebagai bentuk penghargaan, pemerintah daerah dilaporkan sedang mempertimbangkan pemberian sertifikat “Pahlawan Anggaran” kepada seluruh pegawai Non-ASN yang tetap bertahan di tengah badai penghematan ini. Sertifikat ini diharapkan menjadi memorabilia berharga di masa depan.
Dengan kebijakan ini, pasangan “Manis” telah mengukir sejarah sebagai pemimpin yang berani. Namun, di balik keberanian tersebut, timbul pertanyaan besar: Apakah manisnya kepemimpinan mereka akan terus terasa, atau akan berubah menjadi getir yang tak termaafkan?
Mari kita tunggu babak selanjutnya dari kisah epik efisiensi ala Aceh Selatan.
(Rifan)