
Gempa Sungguhan Mengguncang Saat Simulasi Berlangsung Menariknya, saat simulasi sedang berlangsung, gempa nyata dengan magnitudo 5,2 mengguncang Banda Aceh. Berdasarkan informasi BMKG, gempa berpusat di 103 km barat daya Kota Banda Acehdan terasa selama beberapa detik. Kejadian ini semakin menguatkan kesadaran peserta akan pentingnya kesiapsiagaan terhadap bencana alam.
“Awalnya kami kira ini bagian dari simulasi, tapi ternyata benar-benar ada gempa. Ini jadi pengalaman yang sangat berharga,” ujar Rizky, salah satu peserta simulasi. Simulasi dimulai dengan skenario gempa besar yang terjadi saat proses belajar mengajar berlangsung. Bunyi sirene peringatan dini tsunami terdengar, mengisyaratkan kepada para siswa untuk berlindung di bawah meja dan melindungi kepala.
Beberapa saat setelah guncangan reda, para pelajar diarahkan untuk segera berkumpul di halaman sekolah. Mereka juga membacakan Selawat Badar, mendoakan keselamatan serta berharap bencana segera berakhir.
Tim Palang Merah Sekolah langsung bergerak ke setiap kelas untuk melakukan evakuasi terhadap siswa yang mengalami cedera akibat bencana. Para guru turut memberikan pengarahan, menenangkan siswa, dan menunggu informasi resmi dari lembaga kebencanaan. Ketika diumumkan ada potensi tsunami, seluruh peserta diarahkan menuju Lapangan Jasmani Kodam Iskandar Muda, yang menjadi titik evakuasi aman.
Di sana, mereka bersiap menghadapi langkah evakuasi lebih lanjut sambil mendapatkan arahan dari instruktur simulasi. Kepala SMA Kartika XIV-1 Banda Aceh, Darmawi Yusuf, yang juga Ketua RAPI Jaya Baru, menekankan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari edukasi untuk meningkatkan kesiapsiagaan siswa terhadap bencana.
“Mitigasi bencana sangat penting untuk diajarkan sejak dini. Dengan simulasi ini, siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga tahu bagaimana cara bertindak jika bencana benar-benar terjadi,” ujarnya. Ia juga berharap peserta didik dapat menularkan pengetahuan ini kepada keluarga dan lingkungan sekitarnya, sehingga kesadaran masyarakat terhadap bencana semakin meningkat.
Ketua FPRB Aceh, Hasan Dibangka, menambahkan bahwa simulasi ini merupakan langkah membangun kelompok tangguh bencana, terutama di wilayah Aceh yang dikenal rawan gempa dan tsunami. “Kami ingin melihat bagaimana respons siswa dalam menghadapi bencana. Diharapkan dari kegiatan ini, akan terbentuk generasi muda yang lebih siap dan sigap dalam menghadapi situasi darurat,” kata Hasan.
Simulasi mitigasi gempa dan tsunami ini mendapat apresiasi tinggi dari berbagai pihak, termasuk para siswa yang merasa lebih siap menghadapi bencana setelah mendapatkan pengalaman langsung melalui latihan ini. Ke depan, program serupa akan terus digalakkan di berbagai sekolah di Banda Aceh, agar lebih banyak generasi muda yang memiliki pemahaman dan keterampilan dalam menghadapi bencana, demi mengurangi risiko dan dampak yang mungkin terjadi.