AJN - ACEH BESAR, Widyaiswara Ahli Utama LAN RI Ustaz Ir Faizal Adriansyah MSi mengatakan, seruan utama dari atas mimbar Jumat adalah ketaqwaan “ittaqullah” dan salah satu jalan menuju taqwa adalah melalui puasa Ramadhan yang akan tiba beberapa hari lagi ke depan. Allah berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 183, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Hal itu disampaikan Ustaz Faizal dalam khutbah Jumat di Masjid Nurul Jadid Gampong Lampeuneuen, Kecamatan Darul Imarah, 17 Maret 2023/25 Sya'ban 1444 H. Lalu Uztaz Faizal menggugah jamaah dengan mengajukan pertanyaan, apakah setiap orang berpuasa pasti menjadi orang bertaqwa? Jawabannya ternyata tidak. Hal ini sudah dibuktikan dari Ramadhan ke Ramadhan.
“Sudah berapa kali kita berjumpa puasa Ramadhan? Tentu saja sudah puluhan kali. Ada yang 20 kali, 30 kali, 50 kali dan seterusnya. Pertanyaannya adakah perubahan terjadi pada diri kita dalam arti bertambah taat kepada Allah?” tanya penasihat Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Aceh ini, yang tak perlu dijawab oleh jamaah Jumat.
Menurut Ustaz Faizal, kesungguhan dan keseriusan seorang muslim dalam mengisi Ramadhan dengan amal-amal kebaikan sesungguhnya ditentukan oleh bagaimana seseorang memandang Ramadhan? Apakah dia melihat Ramadhan dengan mata lahir atau secara fisik semata? Ataukah melihat Ramadhan dengan mata hati? Disinilah kunci awal kalau mau sukses atau gagal meraih keutamaan Ramadhan.
“Ketika kita melihat Ramadhan secara lahiriah semata, maka kita akan mendapati bulan Ramadhan tidak beda dengan bulan lain. Ramadhan sama saja dengan Muharram, Rabiul Awal atau bulan lainnya, karena matahari tetap sama terbit di Barat dan tenggelam di Timur, shalat wajibnya sama, tak ada beda,” urainya.
Namun, ketika kita melihat Ramadhan dengan mata hati atau iman, urai Ustaz Faisal lebih lanjut, maka disinilah seorang muslim akan menemukan kedahsyatan Ramadhan, karena itu yang dipanggil Allah dalam puasa Ramadhan adalah orang beriman. Maka detik, menit, jam, serta hari-hari Ramadhan tidak akan disia-siakan oleh orang beriman, karena dia tahu bahwa Ramadhan luar biasa. Hari-harinya tidak sama dengan hari di bulan lain.
Memang di bulan lain ada juga shalat, namun khusus Ramadhan pahalanya berlipat ganda, bahkan tak terkira karena Allah langsung yang menilainya. Di bulan lain ada juga sedekah, ada membaca Al Quran, namun sekali lagi khusus Ramadhan semua kegiatan ibadah manusia berbeda sistem penilaiannya. Tidak lagi biasa saja, tapi sudah luar biasa.
Untuk itu, kata Ustaz Faizal, sadarilah Ramadhan tidak selalu dapat kita jumpai. Ada masanya ketika Ramadhan tiba kita sudah tiada. Jangan nanti timbul penyesalan ketika kita sudah di alam kubur, mengapa kita menyia-nyiakan Ramadhan, padahal sudah berpuluh kali kita diberi kesempatan bersamanya.
“Al Quran menggambarkan betapa banyaknya orang di alam kubur menyesal dan memohon kepada Allah agar diberi kesempatan lagi hidup di dunia untuk bisa memperbaiki amal. Tapi Allah menjawab dalam Al Quran Surat Al Muminun ayat 99-100 dan 107-108, tidak ada lagi jalan kembali ke dunia,” pungkasnya. (Sayed M. Husen)